Friday, March 25, 2011

Cerita ini Mungkin Bapak Tidak Tahu

Bapak, baru kali ini aku menulis hanya untukmu. Tapi sungguh, kali ini aku ingin bapak tau, seperti apa sebenarnya sosokmu bagiku, anak perempuan sulungmu.


Bapak, apakah ibu pernah bercerita padamu, ketika setiap pagi sebangunku dari tidur, aku selalu teringat padamu? Ya, dulu ketika aku berumur sekitar 4 atau 5 tahun aku selalu berlari ke teras rumah mencarimu, menunggu apakah dirimu sudah pulang dari studimu di negeri orang. Aku berlari, terkadang dengan celana tidurku yang basah karena mengompol, memanggilmu dan bertanya pada diriku sendiri, "Bapak udah pulang belum ya?" Walaupun dulu aku belum ingat seperti apa sebenarnya sosokmu, tapi bagiku bapak adalah sosok lelaki tertampan yang aku tau dalam usia diniku.


Bapak, apakah bapak tau? Setiap kali aku merasa sakit, takut dan sedih, aku selalu meneriakkanmu dalam tangisanku. Ketika kakiku terjepit mesin jahit ibu, ketika bertatap muka dengan kecoa di dapur atau ketika bertengkar dengan teman-teman mainku, suara tangisku berbunyi, "Bapaaaaakkkk..." 
Mungkin saat itu, hanya dirimulah pelindung yang aku tau selain ibu.


Bapak, apakah bapak ingat? Ketika pertama kalinya aku mencoba pergi ke rumah eyang di Yogya tanpa dirimu atau ibu, aku sebetulnya merasa cemas berpisah darimu di balik tawa girang bisa bermain bebas tanpa pengawasanmu. Apakah bapak ingat ketika akhirnya bapak datang menjemputku, tangisanku pecah dalam pelukan erat di perut gendutmu? Ya bapak, aku rindu padamu waktu itu.


Bapak, apakah bapak tau bagaimana pendapatku tentang dirimu saat aku beranjak remaja? Bagiku, bapak adalah sosok bapak yang gaul. Menyukai musik yang juga aku sukai. Menyarankan membeli baju yang aku incar. Namun di sisi lain, dirimu adalah sosok yang cuek atau mungkin bapak lupa kalau aku sudah beranjak remaja dan mulai menyukai seorang pria selain dirimu. Tapi bapak, aku merasa itu adalah hal yang wajar mengingat dirimu sering pergi bertugas jauh meninggalkan aku, ibu dan adik ketika masa pertumbuhanku. Sehingga mungkin bagimu, aku tetap adalah anak perempuan kecilmu.


Bapak, apakah bapak tau, bagaimana perasaanku dulu ketika melihatmu tergeletak tak berdaya jatuh di kamar mandi dan dilanjutkan berbaring selama satu bulan di rumah sakit? Hancur. Takut. Dan, entah apa namanya. Aku belum siap kehilanganmu. Banyak hal sederhana yang ingin aku lewati bersamamu. Hingga hal-hal besar yang akan mengubah hidupku, ingin aku lalui di bawah tatapan dan kesaksianmu. Saat itu aku berdoa: Aku ingin bapak melihat aku bisa lulus kuliah dengan hasil baik. Aku ingin didampingi ketika wisuda. Aku ingin mentraktirmu dengan gaji pertamaku. Dan aku ingin dirimulah yang menikahkanku dengan suamiku kelak. Hanya hal sederhana, namun bagiku itu semua segalanya. Dengan kalimat lain, aku hanya ingin dirimu masih diberikan kekuatan, kesehatan untuk menemani hari-hariku.


Bapak, apakah bapak tau? Profesi dan karir yang aku jalani kini benar-benar karena aku mengingat kata-katamu untuk mendalami satu bidang agar aku menjadi seorang ahli. Dan, aku sangat menghargai bapak yang selalu mendukung segala hal positif dan cita-cita yang aku kejar. Aku akan buktikan padamu, pak... Aku akan sukses dengan jalanku dan aku pasti akan bahagia.


Terakhir, aku ingin bapak tau. Kali ini, aku ingin meminta restumu untuk menerima pejuang kecilku untuk menjadi sosok pria lain dalam hidupku selain dirimu. Dia pria baik yang menyayangiku, percayalah. Dia tidak akan menyiakanku, percayalah. Restui kami ya pak...


Terima kasih, bapak bersedia menjadi seorang pria hebat dalam hidupku.
Pesanku untuk bapak :

Tolong jangan ngebut kalau menyetir mobil dan bersabarlah.
Jaga makanan dan jangan jajan sembarangan.
Tetaplah peluk Tuhan dengan erat setiap saat.

(ditulis oleh @hotarukika di http://theothersideoffireflies.blogspot.com/2011/03/cerita-ini-mungkin-bapak-tidak-tau.html)

No comments:

Post a Comment