Beberapa kali saya tuliskan sedikit tentang Bapak. Hanya sebagian, yang saya ingat dan menurut saya penting untuk di ingat. Kenangan saya dengan Bapak ribuan jumlahnya. saya selalu panggil ayah saya dengan panggilan Bapak. Nggak pernah Papa atau Ayah. Papi atau Abi. Selalu bapak.
Satu yang saya suka dari beliau, semangatnya. saya ingat, dulu bapak selalu berkata, "jangan pernah berhenti mimpi, Kak. jangan pernah berhenti berharap." kata-kata itu yang menjadikan saya kuat hingga sekarang.
bapaklah yang membuat saya kuat. bapaklah yang membuat saya ingin terus bertahan hidup. tapi, bukan berarti saya nggak cinta ibu. saya mencintai ibu melebihi apapun. tapi tetap saja. bapak juga perlu di cintai. namun, ada kalanya saya begitu membenci bapak. saya benci bapak setelah dengar dia pergi ke gubuk reot tempat kupu-kupu malam mencari makan. menjual keperawanan. tapi bapak bersumpah di hadapan saya, dia tidak 'bermain' di sana. saya benci bapak ketika beliau marah. kipas angin kecil yang di buatnya sendiri hancur karena tangan kulinya. marah. bapak emosional dan terkadang sulit kontrol emosi. saya benci kalau bapak menumpukan angan-angannya pada saya. saya takut nggak mampu wujudkan mimpi beliau. tapi di sisi lain. bapak memang seorang superhero yang tak pernah menangis. seumur hidup, saya tidak pernah lihat bapak nangis. di kuburan ketika berziarah atau melayat sekalipun. bapak memang super tegar.
orang yang pertama kali tahu bakat saya adalah bapak. Dulu, bapak selalu di samping saya kalau saya sibuk mencatat sesuatu di buku. kemudian, bapak membacanya. lalu dia mengusap rambut dan mencium kening saya.
bapak selalu ajak saya ke toko buku. waktu itu, umur saya sekitar sembilan tahun. sepulang dari GOR Bekasi, saya merengek-rengek minta ke Toko Buku Gunung Agung. bapak tatap iba mata saya. lalu, beliau lihat dompetnya. saya ikut mengintip. hanya ada bon-bon kumal yang telah usang. waktu itu, saya belum tahu susahnya cari uang. saya tetap merengek minta di belikan buku novel anak terbaru. rencananya, akan saya pamerkan kepada teman-teman di pengajian.
tanpa berkata, beliau mengajak saya pergi ke sebuah tempat ramai. saya mengeja satu persatu plangnya. "BUKU BEKAS LAYAK BACA. 10.000/3"
saya di suruh pilih 3 buku. saya tanya "kenapa nggak ada plastiknya bukunya?" kata bapak, "besok lagi kalau punya uang bapak ajak ke mall. beli buku yang banyak. sekarang ini dulu aja Kak. sama aja."
beberapa hari setelahnya, saya di ajak ke toko buku. saya membeli sebuah buku berjudul Sleep Overs.
sebentar lagi, saya akan masuk sekolah menengah atas. ibu bersikeras saya masuk SMK. tapi saya ngotot masuk SMA. faktor utama karena cita-cita saya. sejak kelas 2 SMP, saya selalu ingin menjadi psikolog. satu-satunya jalur yang dapat wujudkan mimpi saya adalah sekolah SMA. kata ibu, biar saya nggak susah cari kerja.
saat itu juga, saya ngadu ke bapak. bapak bilang, "nggak ada salahnya juga kamu turuti maunya ibu. selama ini belum bisa bikin ibu senang kan? mungkin ini caranya. tapi, bapak kembalikan semuanya ke Kakak. kakak pikirin dulu semuanya masak-masak. nanti kita cari jalan keluarnya." lalu bapak cium kening saya. ciuman hangat yang membuat hati saya menjadi lega.
-- meja bapak, 23032011 / 13:10
Ditulis oleh San Chia. http://harian-sanchia.blogspot.com/2011/03/semua-karena-bapak.html
No comments:
Post a Comment