The greatest gift I ever had came from God, and I call him dad!" -Unknown-
Aku sering marah padanya (apa aku berhak?) walau hanya di dalam hati.
Aku marah. Kenapa ia selalu tersenyum saat orang-orang mencelanya? Harusnya kau lempar saja muka mereka dengan sepatumu.
Aku marah. Kenapa ia tak pernah mengeluh disaat sakit? Harusnya kau minta saja kami merawatmu.
Aku marah. Kenapa ia lebih memilih untuk berjalan kaki dan menggunakan ongkosnya untuk membelikan kami minuman ringan atau apapun itu untuk membahagiakan kami? Harusnya bahagiakan saja kami dengan menyimpan tenagamu itu.
Aku marah. Kenapa ia tetap memaksa untuk pergi bekerja disaat ia baru pulang dari menginap di rumah sakit, dengan tangan yang masih terus berdarah dibalik perban, dengan kaki yang masih pincang dan luka berat hanya karena ia tak mau kehilangan pekerjaan? Harusnya kau nikmati masa-masa istirahatmu itu. Adakah orang lain yang sepertimu? Aku tak yakin.
Aku marah. Kenapa ia menahan sakit berjalan terpincang-pincang dengan kaki bengkak hanya untuk membelikanku makanan?Harusnya kau suruh saja aku yang menggantikan kebiasaanmu itu atau biarkan aku memasak apa saja yang ada di lemari es, aku lebih baik makan seadanya atau tidak makan sama sekali daripada melihatmu menahan sakit seperti itu.
Aku marah. Kenapa ia tak pernah menyerah menghadapi anak perempuan manja yang suka merengek dengan 'senjata' mogok makan sepertiku? Harusnya kau marahi saja aku kalau aku tak mau makan, malahan kau suguhi aku dengan rupa-rupa makanan enak.
Aku, kami keluarganya, ...sungguh ingin marah. Sungguh ingin berkata jangan. Sungguh ingin melarang. Semua untuk kebaikkannya. Semua karena kami sayang papa. Tapi kurasa cinta dan dedikasinya untuk keluarganya-lah yang paling besar. Ia menyayangi kami melebihi dirinya sendiri. Ia memikirkan kami melebihi kebutuhannya sendiri.
Untuk semuanya itu aku memberikan "The Most Patient Dad in the World (ayah tersabar se-dunia)" award untuknya. Ia pantas mendapatkannya. Sungguh, kalau kau kenal dengannya, kaupun akan berkata sama denganku, "Ia sabar sekali."
Aku tak perlu meminta Tuhan untuk memberiku seorang ayah yang sempurna di dunia. Tidak, tidak perlu! Ayahku adalah hadiah terbesar yang aku punya. Hanya ini doaku, kenyangkanlah ia dengan umur panjang dan kebahagiaan.
oleh,
No comments:
Post a Comment