” Hay pa , aku sudah umur 22 tahun dan aku merindukanmu “ , itu kata-kata yang tidak pernah aku katakan dan selalu ingin aku katakan pada papa . Kedewasaan dan kepribadian atas pola pikir dan tingkah lakuku tidak lepas dari kebijaksanaan dan ketegasannya selama 22 tahun , meskipun 8 tahun belakangan ini beliau mendidik kedua dari ketiga anaknya hanya by phone . Yah , aku dan kakak laki-lakiku yang sejak umur 15 tahun dilepaskan untuk belajar hidup mandiri jauh dari orang tua di pulau yang berbeda dengan memberikan kepercayaan penuh pada anak-anaknya tanpa rasa curiga sedikitpun .
Sedih memang disaat aku membutuhkan sentuhan , perlindungan , support , dan kasih sayangnya secara nyata layaknya anak umur 5 tahun yang jatuh untuk mencoba belajar dari sepeda pertamanya dan membutuhkan permen , kecupan dan pelukan yang secara tidak langsung memberikan perlindungan secara utuh . Itu yang sering aku rasakan disaat aku down atas segala situasi yang bisa membuat aku tertekan dan merasa kasih sayang orang tua secara nyata lebih dari segala-galanya bahkan lebih dari sekedar materi . Disaat seperti itulah ingin rasanya aku berontak dan ingin memberitahukan bahwa aku tidak butuh materi tapi aku butuh mereka ada sekarang disampingku . Terdengar egois memang , tetapi itu yang aku rasakan sebagai seorang anak yang akan selalu terlihat seperti anak kecil di mata orang tuanya .
Kejadian yang aku alami kurang lebih lima bulan yang lalu telah menghancurkan kepercayaan papa ke aku selama hampir 8 tahun ini . Aku tertekan dan merasa dihina dan aku berusaha untuk menceritakan kepada papa melalui telepon dan meminta perlindungannya sambil menangis . Ekspresi papa saat itu tidak seperti yang aku duga , aku merasa tertampar dengan kata-katanya .
” Kamu kenapa ? nangis sesenggukan kaya gitu buat orang yang menurut papa ga penting buat hidupmu , pernah kamu nangisin orang tuamu ? nangis kaya gitu buat papa ? buat mama ? Ternyata papa salah menilaimu , papa kira anak perempuan papa bisa hidup mandiri , bisa dipercaya ternyata cuman sekedar masalah kaya gini aja kamu sudah drop . Disa anak papa yang papa kenal selalu ceria , kuat , bukan cengeng kaya gini . “
Entah kenapa mendengar kata-kata papa disaat aku lagi tertekan seperti itu seharusnya aku lebih kecewa tetapi aku merasa sebaliknya aku merasa lebih kuat dan lebih punya semangat . Aku merasa terlindungi . Aku merasa dikasihi meski aku telah mengecewakan dan menghancurkan kepercayaannya . Dari situlah aku aku mengerti bahwa tanpa sentuhan kasih sayang secara nyata , tanpa perlindungan dari pandangan mata secara langsung , tanpa didikan kata-kata setiap hari papa selalu memperhatikan aku dari ceritaku , dari gaya bahasa dan nadaku aku berbicara kepadanya melalui telepon dan dari situ papa lebih bisa mengenal aku daripada siapa pun bahkan dari diriku sendiri . Apa yang aku rasakan disaat aku membutuhkan mereka ternyata mereka juga merasakan hal yang sama bahkan mungkin lebih dari yang aku rasakan . Papa selalu punya kelebihan di mataku meski tidak luput banyak kekurangan di diri beliau tetapi aku akan selelu bisa menerima papa apa adanya dan apa pun keadaannya . Aku percaya bahwa seluruh anggota keluargaku , mama , mas , adek juga merasakan hal yang sama . Kita akan selalu jatuh hati pada papa . I love you my best guy ..
Love,
Acid
(ditulis oleh @claradiza di http://claradisa.tumblr.com/post/4076992885)
No comments:
Post a Comment