Mengingat segala cerita yang pernah dilalui bersama Ayah. Selama 19 tahun saya hidup, saya telah banyak belajar dari Ayah. Ayah yang selalu menjadi sosok pria-idaman saya di masa datang kelak. Ayah saya sama rupanya dengan kebanyakan bapak-bapak di luar sana. Berkumis tebal, dengan rambut beruban, badan tinggi tegap dan sedikit bermasalah dengan kolestrolnya. Kalau dibilang Ayah saya orang yang jadul, memang benar. Beliau sudah berkepala 6 sekarang dan saya masih belum pas menginjak 19 tahun.
Orang banyak melihat Ayah sebagai orang yang disegani, serius dan tegas dalam mendidik keluarga tapi sebenarnya Ayah orang yang lembut, romantis dan kadang suka usil. Ayah selalu mendidik dengan cara yang disiplin, tidak banyak bicara, dan membiarkan anak gadisnya mandiri (walaupun sebenarnya Ibu tahu bahwa saya anak yang sangat teledor). Kadang saya suka cemberut melihat tingkah Ayah yang selalu terkesan kaku, tapi saat jalan berdua saja dengannya (ini kejadian langka dalam hidup saya) beliau seperti anak muda yang masih senang akan tantangan. Beliau mengajarkan saya cara menikmati secangkir kopi hitam hangat, beliau juga mengajarkan (secara tidak langsung, mengajak) memasak, mengajarkan cara berpikir kritis, menikmati hidup dan cara melihat hidup dengan cara sederhana.
Di usianya yang sudah pensiun banyak hal yang masih diperjuangkannya termasuk masalah financial keluarga yang masih dipikir keras olehnya, tujuannya jelas, membawa saya hingga tamat dari bangku perkuliahan lalu berangan menikmati hidupnya bersama Tuhan dan alam. Itu tujuannya untuk 3 tahun ke depan ini. Harus berjuang keras di usia senjanya demi menopang kebutuhan saya yang notabene untuk seorang anak perempuan yang merantau di kota metropolitan mungkin agak sedikit “ribet”. Beberapa tahun belakangan ini, saya telah berani mengungkapkan rasa cinta saya kepada sang Ayah. Sekali-kali terkesan agak romantis agar hatinya sedikit luluh dan berharap rambut di kepalanya tidak menjadi putih semua J 25 Februari lalu saat Ayah telah menginjak usia 63 tahun, saya pulang ke rumah dari perantauan hanya untuk mengucapkannya “Selamat Ulang Tahun” secara langsung dan memberikannya kue bertuliskan angka 36 (biar tetap terlihat anak muda). Saya harap semua keinginan Ayah, 3 tahun lagi beliau dapat menikmati usia senjanya dengan bebas. Menikmati pagi hangat di hutan bersama kicau burung dan memancing setiap hari. Semoga semua segera terwujud.
(oleh finalfina di http://iamlabile.wordpress.com/2011/03/23/hanya-sebuah-guratan-anak-perempuan-dan-ayah/)
No comments:
Post a Comment