Banyak cerita bagaimana seorang Papa menjadi “pahlawan” bagi saya. Mungkin sama seperti @perempuansore, dia adalah cinta pertama. Dan saya selalu mengatakan bahwa suatu hari nanti suami saya harus seperti Papa. Sulit mungkin menemukan laki-laki yang gigihya seperti beliau, di luar sifat perfeksionis dan keras kepalanya.
Mari flashback ke beberapa tahun yang lalu, di saat saya masih menggunakan seragam putih abu. Papa dengan setia membangunkan saya dan si adik, membuatkan kami bekal, dan mengantar serta menjemput kami berdua. Setiap hari.
Suatu hari Papa datang menjemput ke sekolah dengan raut wajah yang agak berbeda. Saya yang kesal karena dijemput terlambat, seperti biasa juga ngomel-ngomel dan ngedumel kecil. Lalu Papa bilang, kalau Papa baru saja ditabrak motor di perempatan jalan Pasirkaliki, lututnya berdarah dan di beberapa bagian motornya penyok. Saya tercengang kaget. Beliau bisa saja menelepon saya dan meminta saya untuk ke rumah sakit, tapi Papa ternyata masih melanjutkan perjalanannya ke sekolah untuk menjemput saya. Hari itu saya lupa bilang, “terimakasih ya Pa.. aku sayang banget sama Papa. Maaf kalau aku udah marah-marah.”
My Dad, My Hero. Yes. Indeed. Papa dengan segala rules-nya, dengan segala sikap protektifnya, dan kalau saya membantah, dia biasanya bilang: “coba kalau kamu jadi orang tua, kamu pasti tau kenapa Papa bikin aturan kayak gini.”
Banyak cerita tentang Papa, tapi pastinya banyak juga air mata yang akan terkuras setiap mengingat bagaimana Papa lagi, dan lagi menjadi seorang pahlawan dalam hidup saya.
Ich vermisse dich, Papa.
(oleh @justcecile di http://tageshilfe.posterous.com/my-dad-my-hero)
nice story and touching... way to go girl...
ReplyDelete