“Anak perempuan jangan pergi jauh-jauh, hariwang (bikin khawatir)”
“Pulang malem ada yang anter nggak? Kalau nggak ada yang anter, nggak boleh!”
“Emang sanggup gitu, Neng, kamu kerja sambil kuliah?”
“Ngapain kerja jauh-jauh di Jakarta, Jakarta itu kota keras, bla bla bla….”
Sekian dari banyak kalimat yang anda lontarkan kepada saya, banyaknya sih kalimat-kalimat yang ‘mematahkan’. Tapi entah mengapa saya justru terlecut disaat anda coba ‘mematahkan’ semangat saya dalam melakukan sesuatu. Saya semakin semangat untuk membuktikan bahwa saya sanggup melakukan apa yang anda telah ‘patahkan’. Saya kadang berpikir, jangan-jangan anda memang sudah tahu kalau anak perempuan sulung anda ini seorang ‘rebellion’ yang semakin ditentang akan semakin dilakukan :p. Mungkin itu salah satu cara anda mendidik saya menjadi perempuan dengan pribadi yang ‘tough’. :)
Hubungan kita mungkin tidak seperti kebanyakan hubungan anak perempuan dan ayah pada umumnya. Biasanya anak perempuan bisa bermanja-manjaan atau bahkan ‘bermesraan’ dengan sang ayah tapi hal itu tidak terjadi pada kita. Hubungan kita seringnya diwarnai perdebatan panjang, atau bahkan sapaan singkat berupa nasihat-nasihat. Tak jarang perdebatan panjang itu kita akhiri dengan ‘bermusuhan’ atau perang dingin satu sama lain. Sehabisnya, saya bisa sangat kesal dan sebal pada anda. Keras kepala dan teguh mempertahankan pendapat jika merasa benar adalah gen yang anda warisi pada saya. Harusnya saya sudah tahu, saat itu secara tidak langsung, saya kesal dan sebal pada diri saya sendiri. berhadapan dan berdebat dengan anda sama halnya berhadapan dan berdebat dengan diri saya sendiri. haha. Ya, seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan saya, sekarang saya paham dan mengerti apa yang anda maksud. Kekhawatiran anda adalah bentuk lain dari kasih sayang anda terhadap saya. I admit that you are really my best debating partner anyway, Dad… :)
Hubungan kita berubah setelah saya keluar dari rumah. Saat itu karena pertimbangan kerja sambil kuliah maka saya memutuskan untuk kos di dekat kantor, agar saya bisa menyimpan energi lebih. Kita hanya bertemu Sabtu dan Minggu, itupun kadang waktu tidak kita habiskan seharian. Kadang kita bertemu malam hari saat saya selesai kegiatan atau anda selesai kegiatan. Kita bahkan tidak pernah berdebat lagi. Namun, pola intensitas pertemuan yang berkurang tidak menyebabkan perhatian dan kasih sayang anda pada saya berkurang. Seringkali saya pura-pura ketiduran di ruang tv lalu mendapati anda menyelimuti saya, membetulkan letak bantal saya dan mengusir nyamuk yang mulai mendekati saya. Mungkin gara-gara saya sudah dewasa dan berat badan saya bertambah, sehingga jika ketiduran di ruang tv tidak lagi digendong dan dipindahkan ke kamar seperti waktu saya kecil dulu. hihihihi. Anda adalah orang yang paling cerewet jika saya tidak mengenakan jaket tebal ketika berkendara motor di malam hari. Anda juga orang yang paling cemas ketika saya pulang malam dan tidak diantar oleh teman. Saya tahu itu, walaupun anda kebanyakan hanya diam.
Tak jarang saya ingin menitikkan air mata jika lebaran tiba dan saya menciumi tangan anda sambil mengucapkan “Maafin Neng selama ini ya, Pah” lalu anda membalasnya dengan sebuah pelukan hangat dan kecupan di kening, “Maafin Bapa juga ya, semoga Neng semakin sukses, bahagia dan solehah, Bapa sayang sama Neng” :’)
Sehat selalu ya, Pah. Supaya bisa menjadi bagian dari ijab kabul pernikahanku dan adik-adikku nanti serta melihat anak cucumu belajar jalan dan mulai berlari. Amin. *aku yakin Tuhan sedang membaca tulisanku ini*
Salam rindu dari Jakarta,
Putri Sulungmu.
(ditulis oleh diiinniii di http://berceloteh.tumblr.com/post/4060309729/my-best-debating-partner-and-my-lover-forever)“No matter what, good and bad, you’re still my best Dad! I know you always try hard to be like that… with all of my heart, I love you, Dad…”“There are two man in your life who will never let you down and broke your heart. They are your brother and your Dad.” #justsaying
No comments:
Post a Comment