Wednesday, June 9, 2010

Cinta Pertama

Papa, apa artinya cinta pertama? aku lupa.

Aku membaca sajak pertama di umur empat. Aku dibelikan buku-buku Tini yang bergambar di umur enam. Aku dipakaikan anting. Dress bunga-bunga. Sepatu putih. Aku berteman dengan Boy, anjing gempal itu. Ikat konde dua.

Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Oh yah, ada naksir-naksiran pertama kali. Di TK tidak ada. Di SD ada beberapa. Ada Ryan, Glenn, Michael. Ketika SMP ada juga beberapa, seleraku lebih Indonesia, ada Budi siapa-aku-lupa. Ada Andi siapa-aku-lupa-juga. Ketika lebih besar lagi, di SMA, mulai dapat surat cinta pertama, dari seseorang berinisial N.

Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Ketika kuliah, ada. Tepatnya tahun pertama aku di Jogja, ada. Ya, ia seorang pria lucu, yang punya selera humor luar biasa. Jangan dekat-dekat, ia akan membuatmu tertawa, sampai isi perutmu keluar. Bukan hanya lucu tapi juga cerdas. Ya, aku selalu naksir pria cerdas. Tapi, sekian saja, nasibnya lebih banyak aku catat di diary. Tidak usah diintip.

Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Enam tahun ke belakang aku tinggal di Bandung. Hey Papa, kita pernah bercakap-cakap tentang hal ini bukan. Suatu saat kau pernah bertanya, jadi sekarang sedang pacaran dengan siapa? waktu itu aku diam. Aku merasa pipiku memerah, senyumku mengembang. Kemudian aku jawab, sedang tidak ada Pa. Doakan saja ya. Dan kau hanya ketawa di seberang sana. Ketawamu yang khas.

Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Papa, kau tahu, tiap kali aku dekat dengan seseorang, aku selalu membayangkan, akan mengenalkannya padamu. Aku tahu betul, kau pasti akan memanggilnya dengan sebutan Bung. Betul kan Pa, karena kau tidak punya anak laki-laki.

Aku tahu betul, kau pasti akan mengajaknya duduk, minum teh sore-sore dan makan sagu di depan teras rumah kita. Lalu berdiskusi. Bercerita ini dan itu. Kemudian kau akan cerita juga padanya tentang buku apa yang saat ini sedang kau baca.

Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Aku selalu penasaran dengan fotomu bersama Mama. Kalian masih muda. Duduk di padang rumput. Sedang tersenyum ke arah kamera. Aku tahu, itu mungkin diabadikan ketika kalian sedang pacaran.

Aku hanya mendengar cerita dari Oma yang bilang kalau, kau dulu begitu sopan ketika hendak menjemput Mama. Hanya kau satu-satunya kakak tingkat yang berani main ke rumahnya, karena Opa dari Mama terkenal galak pada jamannya.

Aku tidak pernah bertanya kepadamu. Tapi bisa jadi Mama itu cinta pertamamu. Kau berani melakukan apapun untuk mendapatkan Mama. Kau punya nyali untuk memenangkan hati Mama.

Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Jadi perempuan, itu harus yang terhormat. Aku suka sekali dengan kata terhormat. Aku suka sekali dengan penekananmu pada kata 'hormatnya'. Aku suka mengutipnya sampai sekarang.

Aku bohong, ketika aku bilang. Aku lupa cinta pertamaku sendiri.

Aku tidak lupa uang-uang yang sengaja kau sisihkan di antara kaset video lama, di lemari buku, biasanya uang itu akan kau ambil diam-diam ketika aku merengek minta dibelikan buku. Atau sekedar minta dibelikan cemilan tidak penting.

Aku tidak lupa, bagaimana kau pulang berjalan kaki dari kantor, membawa pulang kantong plastik berisi es kacang ijo kesukaanku, diseduh di mangkok untukku, yang waktu itu baru punya jerawat satu.

Ketika aku tanya kenapa kau harus jalan kaki. Kau hanya bilang, uangnya lebih baik ditabung, dan kau akan pergi ke lemari. Mencari celah diantara kaset video lama, dan menyisipkan uangmu, yang aku tahu suatu saat nanti, uang itu pasti akan dipakai untuk keperluanku juga.

Papa, apa artinya cinta pertama. Sudah tidak ada artinya lagi. Aku mencintai siapa, aku dicintai siapa. Pria-pria yang hilir mudik. Datang dan pergi. Atau yang terkadang hanya singgah sebentar. Tidak peduli aku punya list berapa puluh.

Kau selalu disana, mencintaiku pertama.

Papa, kau, cinta pertamaku.

09.06.2010; 23:11

*Suatu saat aku akan mengenalkannya padamu. Kalian pasti akan duduk bersama di teras depan, minum teh sore-sore dan makan sagu.

2 comments: